SNIPER86.COM, Ambon - Ramadhan sebulan penuh ini adalah bulan yang suci, mulia, barokah dan penuh pengampunan, nah kita mustinya mempergunakan waktu kita untuk konsolidasi, kita beribadah dan beramal dengan penuh keikhlasan serta rasa mencintai, menjaga, merawat akan tradisi, tentu ini dilakukan sejak periode 70an, 80an, 90an ini yang kita hidupkan kembali.
Kenapa demikian, karena puasa itu kita tidak sekedar biasa - biasa saja, tetapi kita wajib melaksanakan Ibadah - ibadah seperti silaturrahmi, konsolidasi, buka puasa bareng atau buka puasa bersama, itukan tradisi kita di NU, kemudian Tabayun dan berkomunikasi dalam rangka evaluasi untuk membicarakan beberapa pikiran - pikiran terkait dengan pengembangan NU hari ini dan kedepan.
Dikatakan Gus Usbah, diketahui, bahwa NU pusat jam'iyyah. Nah jam'iyyah yang terkecil itu ada dalam struktur, akan tetapi jam'iyyah yang besar dan terbesar ada diluar struktur. Karena itu, jangan kemudian melihat NU terbatas pada struktur yang ada. Padahal NU itu sangat banyak yang ada di desa - desa dan segala macam.
Itulah sebabnya kami, beberapa sahabat yang kemudian mengambil langkah dalam konteks terkait dengan silaturrahmi dan buka puasa bersama yang saat ini kita laksanakan, salah satu diantara sahabat kita adalah Gus Syarif Hidayat yang juga mantan Ketua Tanfidziah PWNU Maluku, dan saat ini Gus Syarif Hidayat juga sedang menjabat sebagai Penjabat Bupati Buru dan beberapa sahabat yang lain.
Tujuan membicarakan hal tersebut adalah bagaimana kita silaturrahmi dan kemudian juga kita tetap meneguhkan komitmen kita dalam kondisi seperti apa. Karena, sebagai kader NU, tidak lihat hanya terbatas pada struktur, ini yang perlu kita pertanyakan kenapa demikian. Tetapi perlu diketahui, bahwa kader NU itu sudah secara lahiriyah bathiniyah, intinya dunia akhirat, itulah sebabnya pertemuan singkat tadi itu kita jadikan sebagai ajang silaturrahmi lewat buka puasa bersama itu," jelas mantan Wakil Rois Sur'iyah PWNU Maluku.
Senada dengan mantan Wakil Sur'iyah, Dr. Siti Divinubun menyampaikan, bahwa silaturrahmi itu penting, kerena bisa menjadikan sebagai sarana untuk Tabayun sesama kader NU di Maluku, baik yang terstruktur maupun yang ada diluar struktur atau bisa disebut NU kultural.
Kenapa demikian, karena sebagian besar NU kultural diluar struktur ini, mereka benar - benar memahami sungguh tentang tradisi NU itu sendiri, misalnya silaturrahmi di Bulan Ramadhan melalui buka puasa bersama atau di bulan - bulan yang lain , seperti adanya hari - hari besar Islam, itu yang mustinya NU menjadi garda terdepan karena itu juga tradisi NU.
Kader NU dikalangan perempuan yang juga mantan aktivis PMII Maluku yang saat ini, ia adalah seorang Akademisi Unpatti Ambon. Kembali mengingat setahun kemarin, di saat sambutan Ketua Umum PBNU KH. Yahya Staqub yang biasa disapa Gus Yahya menyatakan, bahwa kenapa pengurus NU ini pentingnya di baiat, karena baiat ini adalah sumpah dan janji yang dilandaskan atas iman dan kesaksian kepada Allah SWT. Ini resiko besar ketika sudah di baiat, karena bukan hanya konsekuensi organisasi tetapi juga bertanggung jawab hingga di Yaumul Hisab.
"Kemudian, ini saya meminjam kata dan pernyataan Gus Yahya untuk mengingat kita semua, bahwa NU bukanlah wadah untuk mencari keuntungan pribadi atau menjadikannya (NU) sebagai batu loncatan bagi kepentingan lain diluar hikmahnya Ulama, artinya menjadi pengurus NU untuk bisa mencari jabatan dan lain - lain, ini yang harus kita ketahui," katanya.
Sambungnya, masih petikan dari pernyataan Kyai Haji Yahya Staqub, bahwa pengurus NU diberbagai tingkatan diharuskan kader NU atau benar keluarga besar Jam'iyyah yang paham tentang Aswajah (Ahlusunnah wal jam'iyyah), karena para Ulama NU ini bukanlah kumpulan para pejabat atau pengusaha, tetapi ini kumpulan Jam'iyyah Ulama dan bukan jam'iyyah menteri, Gubernur, Bupati, Walikota, Sekda, Kepala Dinas dan sebagainya.
"Semua itu tidak boleh dilakukan, karena menjaga nama besar NU, menjaga nama besar dari Jam'iyyah Nahdlatul Ulama itu wajib hukumnya mencerminkan Hikmahnya Ulama, dengan lantang dan tegas pernyataan Ketua Umum PBNU saat pelantikan PWNU Maluku pada 3 Oktober 2024 di Hotel Natsepa. Ini yang semestinya pengurus hari ini harus diingatkan," petik Dr. Siti Duvinubun, M.Pd.*(MM.S86)