Teks Foto : Rumah Sakit Umum Dr. Djoelham Kota Binjai
SNIPER86.COM, Binjai - Seorang bayi laki-laki berusia 11 bulan berinisial MAP, meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Djoelham Binjai. Agung Pramana, orang tua bayi berasumsi jika pelayanan yang buruk menjadi salah satu penyebab (faktor) anaknya menghembuskan nafas terakhir.
Informasi diperoleh, peristiwa duka itu bermula pada tanggal 13 Januari 2025 lalu. “Saat itu kondisi anak saya tiba-tiba ngedrop, sesak nafas dan batuk berkepanjangan sekitar sudah dua Minggu," kata Agung, Minggu (9/3/2025).
Dari hasil laboratorium, sel darah putih melampaui batas. Keluarga yang panik lalu melarikan ke rumah sakit ke Rumah Sakit Tentara (Kesrem) Binjai dan langsung masuk ke ruang IGD.
"Anak saya langsung diperiksa, tapi dokter mengatakan anak saya harus dirujuk ke RSUD Djoelham," jelas Agung.
Dokter menyarankan harus dirujuk ke RSUD Djoelham, karena di rumah sakit inilah yang memiliki fasilitas ruang PICU atau ruangan perawatan intensif untuk anak-anak.
Atas saran ini, keluarga langsung bergegas membawanya ke RSUD Djoelham. Sampai rumah sakit dr Djoelham, seperti pasien biasanya anaknya dibawa ke ruang ruangan IGD dan diberikan oksigen dan infus. "Sedangkan saya langsung melakukan pendaftaran BPJS," jelas Agung.
Dirinya mengaku, anaknya kehausan dan akan diberi minum namun pihak rumah sakit melarang. "Anak saya diambil sampel darah untuk diperiksa ke laboratorium. Kurang lebih dari satu jam, hasil lab nya keluar. Katanya, anak saya sel darah putih sudah melampaui batas sekitar 20 ribu. Lebih banyak dari darah merah," ungkapnya.
Selanjutnya, saat masuk ruang PICU, dokter spesialis anak tak kunjung datang. Atas dasar itu, perawatan intensif harus diambil dan dimasukan ke ruang PICU. Makan dan minum saat awal pertama juga harus melalui selang yang terpasang di mulut.
"Kenyataanya melalui hidung. Gitu pun pihak rumah sakit ada meminta tanda tangan kami selaku orang tua untuk menyetujuinya, Jika itu yang terbaik lakukanlah kami bilang. Terus mereka (tim medis) bilang tentu kita akan berikan yang terbaik. Setelah saya menyetujuinya, dokter spesialis anak yang menangani, tidak dengan dokter yang biasa jika anak saya berobat ke RSUD Djoelham," ucapnya.
Agar tak bertele-tele dirinya mengizinkan dan bayi ini langsung dirawat diruang PICU. Sejumlah alat dipasang di tubuh bayi, untuk mengetahui perkembangan mulai dari detak jantung dan pernapasan. Sayang, alat yang dipasang tidak cukup membantu dan malah kondisinya memprihatinkan.
Menurut Agung, detak jantung sudah tidak normal yaitu 300 per detik.
"Yang mengecewakan lagi dokter spesialis anak tidak kunjung datang. Hanya perawat jaga saja yang ada di ruangan PICU. Karena tak kunjung datang, keesokan paginya di tanggal 14 Januari 2025 kami kembali mempertanyakan sama perawat jaga mana dokter spesialis yang akan menangani anaknya, kenapa belum datang juga," kenang Agung.
Disamping itu, Agung juga mendapat pengakuan dari salah seorang perawat, jika dokter spesialis memang kerap datang lama. Dengan enteng perawat menjawab, jika dokter spesialis itu terkadang datang cepat dan kadang datang lama. Pada saat itu juga, Agung dan istrinya sangat gelisah melihat kondisi anaknya yang terus semakin memburuk.
"Tepat pukul 10.00 WIB, kami kembali menanyakan lagi kenapa dokter spesialis belum juga datang untuk memeriksa kondisi kesehatan anak kami. Sampai pukul 11.00 WIB berlalu, dokter spesialis tidak juga datang," terang Agung.
Kondisi anak Agung makin tak berdaya hingga pukul 12.00 WIB, Muhammad Adzriel Pramana meninggal dunia. "Saya dan keluarga sangat terkejut, seakan tak percaya anak kami sudah meninggal dunia. Bahkan dokter spesialis anak juga belum datang. Keadaan semakin panik. Barulah pihak RSUD sibuk menelpon dokter spesialisnya dan bilang kalau anak kami sudah gawat. Padahal memang sudah tidak bernyawa lagi," ujar Agung.
Sontak Agung beserta keluarga besar langsung menangis histeris atas kepergian Muhammad Adzriel Pramana. "Disaat itu, baru dokter spesialis anak itu datang dan memompa anak kami memakai alat bantu udara. Buat apalagi anak kami sudah tak bernyawa. Malah sempat dokter itu bercakap anak kami sudah tidak ada. Lalu dia pergi meninggalkan ruangan PICU. Udah gitu saja penangananya," jelas Agung, dengan mata berkaca-kaca, sembari menjelaskan anaknya meningga pada tanggal 14 Januari 2025.
Usai itu, jenazah bayi tidak dibersihkan, bayi meninggal langsung disuruh bawa pulang. Kemudian, jasad anak kesayangan Agung pun dibedong sama perawat jaga. Perawat ini lantas memerintahkan untuk dibawa pulang begitu saja.
"Sungguh tragis yang kami rasakan. Tak menyangka pelayanannya sangat buruk. Seharusnya SOP RSUD ttu kan jenazah harus dibersihkan terlebih dahulu baru boleh kita bawa pulang. Kami dan keluarga besar tak terima dengan perlakuan RSUD Djoelham. Pelayanan yang sangat buruk," terang Agung.
Pihak RSUD sempat berkata, " bawa saja dulu anknya pulang nanti kita ketemu. Apa maksudnya, anak saya saja sudah tidak ada lagi," timpalnya bertanya.
Bahkan atas kejadian ini, Agung mengaku pasien lain yang satu ruangan dengan anaknya mengalami kepanikan. "Pasien satu ruangan pada saat itu juga panik ingin bawa anaknya pulang. Karena takut anaknya juga diperlakukan tidak becus oleh pihak rumah sakit. Kami keluarga pasien sangat kecewa dengan pelayanan RSUD Djoelham," tegas Agung.
Plt Direktur RSUD Djoelham, dr Romy Ananda Lukman, saat dikonfirmasi menyikapi keluhan warga yang menilai lambanya pelayanan di rumah sakit masih belum merespon. Pesan singkat WhatsApp yang dilayangkan tidak kunjung dibalas.
Pelayanan buruk RSUD Djoelham Binjai kian ramai dan menjadi buah bibir. Seharusnya bisa menjadi rumah sakit kebanggan warga malah mendapat nilai buruk. Karena sebelumnya, seorang pasien bernama R Br Ketaren (75) meninggal dunia saat sedang melakukan cuci darah.
Anak korban merasa tidak puas dan ganjal atas kematian ibunya. Karena sebelum ibunya wafat, di mesin cuci darah berbunyi alarm dan muncul tulisan "No Water". Ketidakpuasan ini membuat anak korban menyurati DPRD Binjai dan Inspektorat untuk menindaklanjuti apa yang dialami ibunya sebelum meninggal dunia. Dengan harapan rumah sakit milik pemerintah bisa menjadi kebanggaan dan memiliki pelayanan yang maksimal dari dokter hingga tenaga medis serta teknologi.*(R-2)