• Pencarian

    Copyright © sniper86.com
    Best Viral Premium Blogger Templates


     

    Dugaan Malpraktek di RSUD Dr Djoelham Binjai, DPRD Kritik Pelayanan Rumah Sakit

    Senin, 03 Maret 2025, 8:03:00 PM WIB Last Updated 2025-03-03T13:15:12Z

    Teks Foto : Seorang anak pasien yang sudah meninggal dunia, saat meminta keterangan di Rumah Sakit (26/2)


    SNIPER86.COM, Binjai - Terkait dugaan malapraktik di RSUD Djoelham Kota Binjai kini menjadi buah bibir masyarakat, hingga mendapat komentar dari Anggota DPRD Kota Binjai, Ronggur Simorangkir, Senin (3/3/25).

    Informasi diperoleh, korban dugaan malapraktik dimaksud yakni R Br Ketaren, seorang wanita berusia 75 tahun itu meninggal dunia ketika menjalani cuci darah kedua di rumah sakit milik pemerintah Kota Binjai tersebut.

    "Meninggalnya pasien cuci darah yang videonya viral tersebut, tentu harus jadi perhatian manajemen kedepan agar memperbaiki pelayanannya," ujar Ronggur.
     

    Menurutnya, adanya peristiwa dugaan malapraktik itu harusnya menjadi koreksi dan berbenah untuk lebih baik lagi manajemen RSUD Djoelham. "Kedepan itu tak boleh, RS Djoelham harus jadi contoh pelayan terbaik bagi rumah sakit di Kota Binjai," ungkap politisi dari Partai Gerindra tersebut. 

    "Kita sangat prihatin melihat pelayanan di Rumah Sakit Djoelham Binjai. Banyak sekali aduan-aduan masyarakat terkait buruknya pelayanan di RSUD tersebut," kata Ronggur. 

    Dirinya mengaku pernah ke rumah sakit tersebut. Dirinya menilai pelayanannya ketus, cuek dan lambat. "Kita saja yang anggota DPRD diperlakukan seperti itu, apa lagi masyarakat biasa yang berobat disana," sambungnya. 

    Sedangkan itu, dugaan malapraktik di Kota Binjai bukan kali ini saja terjadi. Di rumah sakit swasta sebelumnya yang pemiliknya merupakan pejabat di lingkungan Pemko Binjai pun diduga terjadi dugaan malapraktik, yang berujung laporan pidana ke Polres Binjai dan perdata ke pengadilan negeri. 

    Korban sebelumnya melakukan cuci darah kedua pada Sabtu (15/2/2025). Ketika cuci darah kedua ini, terjadi peristiwa yang diduga akibat kelalaian dan berujung dugaan malapraktik.

    Nyawa R Br Ketaren melayang saat cuci darah kedua di RSUD Djoelham. Anak korban, Tiopan yang sedang di luar buru-buru kembali ke RSUD Djoelham dan melihat satu mobil pemadam kebakaran yang mengulurkan selang ke dalam rumah sakit tepatnya masuk ke ruangan Hemodialisa (HD). 


    "Sedangkan ibu saya, dadanya lagi ditekan-tekan. Dan saya mendengar perkataan tim medis waktu itu, menyatakan ibu saya meninggal dunia. Spontan saya terkejut, saya tanya juga kenapa mesinnya ada tulisan "no water", ada alarm berbunyi dan kedipan lampu berwarna merah," ujar Tiopan. 

    Petugas medis yang menyahuti pertanyaannya itu, katanya "sudah ada pemadam kebakaran lagi di isi pak". Langsung saya berpikir jika ibu saya meninggal karena tidak ada air di mesin HD itu," sambungnya. 

    Karena merasa janggal dan ada yang tak beres atas kematian ibunya, pria yang juga seorang advokat ini mencari tau kebenarannya.

    "Informasi yang saya dapatkan dari aplikasi Meta AI, apakah kekurangan air dalam proses cuci darah bisa mengakibatkan kematian? Dan dijawab jika benar, kekurangan air dalam proses cuci darah dapat mengakibatkan kematian," kata Tiopan. 

    Bahkan menurut Tiopan, dari informasi aplikasi Meta AI, kekurangan air saat cuci darah dapat mengakibatkan komplikasi serius. Dan sampai saat ini, karena kekurangan air menyebabkan pasien meninggal dunia. 

    "Ini yang terus menghantui saya. Dan saya sudah meminta pihak RSUD Djoelham untuk diklarifikasi, untuk bertemu dengan humas atau direktur. Tapi sampai dengan sekarang tidak ada kepuasan bagi saya belum mendapat klarifikasi atas meninggal ibu tercinta saya," jelasnya.*(R-2)

    Bersambung....
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini